Rabu, 04 Juli 2007

Bangsaku belum "Pe-de"

"Kata orang tanah kita tanah surga
Pohon kayu ditanam jadi tumbuhan"
Lirik lagu koesplus "kolam susu"

Betulkah Kita bangsa Indonesia ? Sudahkah kita bangga dengan bangsa dan produk yang dimilikinya?
Mengawali tulisan kolom ini, lebih baiknya merenung sejenak dengan pertanyaan singkat barusan, apalagi artikel ini dimaksudkan untuk mengembalikan rasa cinta tanah air. Maka kalau sudah "cinta" segala apapun akan dikerjakan dengan konsekwensi yang harus diterima, sebaliknya jika belum maka "percuma" dan sia- sia saja usaha yang dilakukan untuk menjadikanya berbakti kepada tanah air, malahan kalau belum "cinta" bangsa, seharusnya perlu dipertanyakan konsistenya sebagai warga Negara, yang harus paham akan kewajibanya. Namun seringkali ungkapan cinta menjadi "pincang" jika hanya diucapkan dilisan tanpa dilakukan, maka dengan rasa "cinta" pun penulis ingin mengajak pembaca untuk memecahkan masalah bangsa, memerangi virus ketidak"Pede"an, atau inveroitas yang sekarang melanda Indonesia, dan memberikan efek negative bagi perkembangan warganya.
Kenapa virus itu bernama pe-de? Pada tahun 2004 lalu kita dikejutkan dengan kejadian yang membuktikan Negara kita belum self confidence alias percaya diri, penjualan saham Indosat sebagai salah satu badan telekomunikasi Indonesia ke Singapura dengan saham terbesar di pegang oleh mereka, suatu indikasi bangsa kita belum pede untuk mengembangkanya malahan memepercayakan orang asing untuk mengurusnya dengan dalih ingin mendapatkan keuntungan yang lebih, belum lagi akibat ketidak pe-dean lainya yakni, langkah salah bangsa Indonesia dalam kebijakan pembagian saham tambang emas terbesar di dunia "Freeport" yang terletak di Irian Jaya. Pertanyaanya sudah seimbangkah pendapatan Negara yang didapatkan dengan hasil tambang yang dikelola oleh para investor asing dari paman Sam itu? Bahkan kita tidak menutup mata ketika keserakahan kapitalisme bangsa lain merugikan bangsa kita, ketika nasib masyarakat Jayapura sebagai pribumi yang tinggal disekitar 'harta karun' yang sebenarnya miliknya, tidak terurus dan terkesan ditelantarkan. Hingga wajar jika mereka mengajukan tuntutan lantaran nasib mereka tidak diperhatikan Negara. Sekali lagi salah satu motifnya juga disebabkan bangsa Indonesia belum pede untuk mengurusi kekayaan alam yang dimilikinya. Ataukah bangsa kita memang ingin mengkonsumsi saja tanpa ingin menjadi produsen atau pemiliknya, dengan memandang tinggi bangsa lain serta terlalu merendahkan dirnya dihadapan bangsa asing yang sebenarnya adalah tamu dan berstatus 'menumpang' di Negara kita, sedemikian tidak pe-dekah bangsa Indonesia ini?
"Memang",Jawaban yang tepat untuk saat ini. Arie Ginanjar dalam bukunya ESQ, memberi gambaran detail tentang virus itu, pasca reformasi turunya Suharto dari Orde Baru
Bangsa kita mulai terlihat sakit, baik dari perekonomian, spiritual, sosial, hingga kebudayaan. Dahulunya Indonesia pernah dikenal sebagai bangsa adidaya berswasembada pangan,disebabkan hasil pertaniannya yang melimpah, pendidikan maju hingga para guru Indonesia pernah diminta Malaysia untuk mengajari bangsanya, teknologi pesawat terbang pun mulai berkembang ditambah tenaga kerja yang handal khusus di sekolahkan di Jerman, apalagi seorang professor bergelar "MR.CLERK" B.J. Habibie membuktikan otak bangsa Indonesia brilliant. Diikuti industri otomotif yang sempat membuat mobil karya anak bangsa " TIMOR ", bahkan prestasi keolahragaan yang sempat menggembirakan dalam turnamen kelas Dunia ketika itu, sebuah gambaran cerah bright future akan masa depan bangsa yang memiliki jumlah kepulauan terbanyak didunia ini. Namun Krisis Iman simbol kufur akan nikmat Allah mengakibatkan banyaknya korupsi,kolusi serta Nepotisme yang berdampak pada terjadinya krisis ekonomi. Kepercayaan bangsa mulai memudar, satu sama lain saling menendang kekuasaan, persaingan bisnis, politik tidak lagi fair hingga mereka tidak lagi saling percaya, menjadi benih keruntuhan semangat persatuan bangsa, tidak ada lagi semangat nasionalisme, ketika itu yang ada justru individualisme, memperjuangkan privacy kepentingan masing- masing membuahkan prinsip memalukan yakni "tidak ada persahabatan abadi, yang ada hanya adalah kepentingan abadi."
Ketidak pe-dean bangsa semakin pudar tatkala para pemuda, pejabat dan mayoritas masyarakatnya menganut prinsip "yang penting penampilan " yang berujung pada budaya plagiat alias meniru, upaya westernisasi serta brain wash yang telah berhasil membelokan pemikiran bangsa ini menjadi bangsa yang konsumtif dan plagiator. Mendewakan penampilan luar, mengekor pada trend dan mode barat yang mampu membuatnya lupa akan "siapa dan bangsa apa dia sebenarnya ", perbedaan kebudayaan timur yang bertolak belakang dengan barat pun dianggap tidak lagi sebagai jurang pemisah. Menjadikan generasi muda sekarang begitu bangga akan pakaian dengan merek – merek mahal yang ternama, serta hidup dalam budaya "Mewah" ala barat. Dan lebih parah menjadi kebiasaan menilai seseorang dari merk yang dipakai serta life style yang dijalaninya, dengan kata lain hanya menilai dari symbol dan statusnya, dengan tolak ukur kepada icon 'modernitas' barat.
Belajar dari situasi dan kondisi disekitar kita, penduduk mesir dengan kebudayaan serta pola hidup yang berbeda dengan kita, patut di acungkan jempol dalam semangat nasionalismenya. Betapa mereka bangga dengan sejarah leluhurnya, masyaikh, khazanah keilmuan yang selalu dijadikan tolak ukur kehidupanya, kebudayaan yang terlihat dari masih bangga dengan pakaian jubahnya, pemakaian bahasa 'amiah yang seakan menomorduakan bahasa asing lainya, masih kentalnya budaya arab dalam kehidupanya, hingga ta'asub kepada tim sepakbola negaranya, sampai – sampai mengacuhkan ramainya piala Dunia demi menyaksikan tim kebanggaanya berlaga,dan konon mengadakan perhelatan tandingan dikarenakan ketidak ikut sertaan Mesir di piala dunia, dan masih banyak aspek lainya yang 'jujur' terkadang membuat kita iri, meskipun terkadang ada sisi lain yang berlebihan.
Ataupun, bukti ke pe-dean jerman menjadikanya perkasa saat perang Dunia II dengan menguasai sebagaian wilayah Eropa dimulai dari pertempuran Polandia tahun 1936 yang merupakan cerminan dari prinsipnya yang terkenal "ubber Alles" atau ras yang tertinggi serta prinsip "Bieflits Biefl" atau perintah adalah perintah, yang selalu dikumandangkan oleh jenderal Nazi dan dipegang teguh oleh para tentaranya.
Tulis sisanya di sini
Disinilah letak rasa Pe-de menjadi sangat urgent , yakni pentingnya berprinsip "percaya diri". Bermula dari efek positif yang ditimbulkan dari rasa self confidence,yang kemudian menjadikanya pondasi dalam berfikir serta bersikap, hingga menjadi motivasi tersendiri menggerakkan jiwa untuk berkarya, dan berbuat demi kemajuan bangsanya. Ibarat air terjun yang deras yang sanggup menghancurkan bebatuan yang keras, rasa percaya diri membuat kita untuk selalu maju, pantang menyerah dan putus asa, ingin lebih dibandingkan yang lainya, tanpa harus taat serta 'manut' pada bangsa lain yang lebih berkuasa."Hai hamba-hambaku yang melanggar batas hingga merugikan diri sendiri! janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh , Allah mengampuni segala dosa karena ia maha pengampun, maha penyayang."Paul G.Stoltz,ph.D . penemu teori AQ (Advertising Quietion) memberikan kontribusi yang nyata dengan penemuanya itu serta semakin memperkuat peran pe-de dalam kehidupan manusia. IQ dan EQ menurutnya kini tidak lagi memadai untuk meraih kesuksesan, ada hal lain yang juga berperan ia adalah Persistensi (dorongan suara hati) untuk maju, yang sangat mirip dengan rasa percaya diri, karena masing – masing mempunyai tugas yang sama, yakni menimbulkan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk berbuat. Suatu hal yang qot'I dan tidak bisa terlepas dari faktor kesuksesan personal yang dimulai dari dalam dirinya. Peran AQ juga mendapatkan legitimasi dari ahli psikologi, mengenai kebutuhan berprestasi yakni the need for Achievment yang disingkat dengan N-Ach.Sebuah obat mujarab yang dapat meningkatkan kemampuan individu dan selanjutnya mengembangkan suatu bangsa, karena kemampuan suatu bangsa merupakan akumulasi dari kemampuan individu masyarakatnya. Fenomena N-Ach menurut Habiburrahman El Sirazy kini jarang didapatkan pada masyarakat kita, disebabkan tayangan televisi sekarang yang tidak mengarah kepada hal tersebut, bahkan terkesan ada oknum tertentu yang sengaja meracuni bangsa kita dengan tipu daya sinetron, ataupun acara entertainment lainya yang tidak mendidik. lantas apakah Indonesia pernah memiliknya?Sumpah palapa patih Gajah Mada adalah salah satu efek N-Ach yang telah terbukti keberhasilanya pada zaman Majapahit untuk menyatukan Nusantara, bahkan hampir kawasan Asia menjadi kekuasaanya saat itu. Atau hasil sumpah pemuda, teriakan takbir serta senjata bambu runcing sebenarnya adalah motivasi yang berasal dari kepercayaan diri bangsa Indonesia untuk mengalahkan penjajah dan menjadi bangsa yang merdeka, sebenarnya hal yang innocent atau mustahil secara logika jika bambu runcing mengalahkan persenjataan asing yang canggih, namun adanya tekad yang bulat serta rasa optimisme yang tinggi kemerdekaan pun diraih, sehingga benar kalau kita kini harus menumbuhkan lagi rasa kepercayaan diri kita sebagai bangsa yang maju, masyarakat yang berkembang, serta tidak minder dengan bangsa lainya. "Allah tidak akan mengubah kehidupan suatu masyarakat kecuali mereka itu mau merubah dirinya sendiri(Q.S. Ar-Ra'ad:11)Lahan kita masihlah amat luas dan sangat cukup untuk kita saja yang mengelola dan kemudian menikmatinya. Tambang emas terhampar di papua, tambang Nikel menunggu kita di Kolaka , Sulawesi, industri Rotan di Cirebon, ternak sapi di NTB, pariwisata di Bali, Agro estate, dan agropolitan di Kalimantan , perikanan di sulawesi dan Maluku, perkebunan sawit di sumatera, mebel jawa timur, batik jawa tengah , bordir jawa barat hingga masing masing daerah Indonesia mempunyai keunggulan tersendiri yang harus kita dukung dan kembangkan, kekayaan alam, hasil laut suburnya tanah didukung dengan cuaca serta iklim yang bersahabat sangat memungkinkan kita untuk menjadi Negara yang maju, kaya, modern dan disegani oleh Negara lainya di dunia. "maka nikmat tuhan mana yang akan engkau dustakan?"(Al-Hujurat) Akhirnya berbagai lirik lagu nasional membanggakan bangsa pun terasa berat dikumandangkan, keinginan untuk sekedar bangun dari keterpurukan bahkan mencoba untuk lebih maju menjadi susah jika rasa rasa nasionalisme dan cinta tanah air tidak lagi dimiliki anak bangsa karena kita dan mereka tidak memiliki rasa pe-de sebagai bangsa Indonesia yang maju, ataukah naudzubillah jika kita tidak lagi percaya diri. suatu saat kita pun akan menjadi bagian lirik lagu Iwan Fales "Malu menjadi orang Indonesia ?" Wallahu musta'anTulis post di sini

0 komentar: